NASEHAT PERKAWINAN UNTUK UNTUK ANAK KU
Hari ini akan menjadi salah satu di antara
hari-hari yang bersejarah di dalam kehidupan kalian berdua. Sebentar lagi
kalian akan menjadi sepasang suami-isteri, yang diharapkan kelak akan lahir anak-anak yang sholeh dan
sholehah, dan kalian akan menjadi seorang bapak dan seorang ibu, untuk kemudian
menjadi seorang kakek dan seorang nenek, ……insya الله.
Rentang perjalanan hidup manusia
yang begitu panjang … sesungguhnya singkat saja. Begitu pula…liku-liku dan
pernik-pernik kerumitan hidup sesungguhnya jugalah sederhana. Kita semua..
diciptakan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa tidak lain untuk beribadah
kepada NYA. Maka, jika kita semua berharap kelak dapat berjumpa dengan ALLAH Subhaanahu
wa ta’alaa …dalam keadaan IA ridlo kepada kita, hendaklah kita jadikan
segala tindakan kita semata-mata di dalam rangka mencari keridlo’an-NYA dan
menyelaraskan diri kepada Sunnah Nabi-NYA Yang Mulia -Shallallahu alaihi wa
sallam-
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا
وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
(Maka barangsiapa merindukan
akan perjumpaannya dengan robb-nya, hendaknya ia beramal dengan amalan yang
sholeh, serta tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam peribadatan
kepada robb-nya.)
Begitu pula pernikahan ini,
ijab-qabulnya, adanya wali dan dua orang saksi, termasuk hadirnya kita semua
memenuhi undangan ini…adalah ibadah, yang tidak luput dari keharusan untuk
sesuai dengan syari’at ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa.
Oleh karena itu…, kepada
calon suami anakku…
Saya ingatkan, bahwa wanita itu
dinikahi karena empat alasan, sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam:
عن أبي هريره رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita dinikahi karena
empat alasan. Hartanya, keturunannya, kecantikannya,atau agamanya. Pilihlah
karena agamanya, niscaya selamatlah engkau.” (HR:Muslim)
Maka ambilah nanti putriku
sebagai isteri sekaligus sebagai amanah yang kelak kamu dituntut bertanggung
jawab atasnya. Dengannya dan bersamanya lah kamu beribadah kepada ALLAH Subhaanahu
wa ta’alaa, di dalam suka…di dalam duka. Gaulilah ia secara baik, sesuai
dengan yang diharuskan menurut syari’at ALLAH. Terimalah ia sepenuh hati,
kelebihan dan kekurangannya, karena ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah
memerintahkan demikian:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
(Dan gaulilah
isteri-isterimu dengan cara yang ma’ruf. Maka seandainya kalian membenci
mereka, karena boleh jadi ada sesuatu yang kalian tidak sukai dari mereka,
sedangkan ALLAH menjadikan padanya banyak kebaikan.) (An-Nisaa’:19)
Dan ingatlah pula wasiat Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-:
إستوصوا بالنساء خيرا فإنهن عوان عندكم
(Pergaulilah isteri-isteri
dengan baik. Karena sesungguhnya mereka itu mitra hidup kalian)
Dan perlakuanmu terhadap
isterimu ini menjadi cermin kadar keimananmu, sebagaimana Sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-;
أكمل المؤمن إيمانا أحسنهم خلقا و خياركم خياركم لنساءهم (الترمذي عن ابي هريرة)
(Mu’min yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik akhlaqnya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik terhadap isterinya)
Dan kamu sebagai laki-laki
adalah pemimpin di dalam rumah tangga.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ
عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
(Lelaki itu pemimpin bagi
wanita disebabkan ALLAH telah melebihkan yang satu dari yang lainnya dan
disebabkan para lelaki yang memberi nafkah dengan hartanya.) (An-Nisaa’:
34)
Maka agar kamu dapat memimpin
rumah tanggamu, penuhilah syarat-syaratnya, berupa kemampuan untuk menafkahi,
mengajari, dan mengayomi. Raihlah kewibawaan agar isterimu patuh di bawah
pimpinanmu. Jadilah suami yang bertanggungjawab, arif dan lemah lembut ,
sehingga isterimu merasa hangat dan tentram di sisimu. Berusahalah sekuat
tenaga menjadi teladan yang baik baginya, sehingga ia bangga bersuamikan kamu.
Ya, inilah sa’atnya untuk membuktikan bahwa kamu laki-laki sejati, laki-laki
yang bukan hanya lahirnya.
Kepada putriku…
Saya ingatkan kepadamu akan
sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- :
عن أبي هريرة؛ قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
إذا أتاكم من ترضون خلقه ودينه فزوجوه. إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض
وفساد عريض
“Jika datang kepadamu
(-wahai para orang tua anak gadis-) seorang pemuda yang kau sukai akhlaq dan
agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan
menyebarnya kerusakan di muka bumi.” (HR: Ibnu Majah)
Dan semoga -tentunya- calon
suamimu datang dan diterima karena agama dan akhlaqnya, bukan karena yang lain.
Maka hendaknya kau luruskan pula niatmu. Sambutlah dia sebagai suami sekaligus
pemimpinmu. Jadikanlah perkawinanmu ini sebagai wasilah ibadahmu kepada ALLAH Subhaanahu
wa ta’alaa. Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
لو كنت أمرا أحد ان يسجد لأحد لأمرت المرءة ان تسجد لزوجها (الترم1ي عن ابي هريرة)
(Seandainya aku boleh
memerintahkan manusia untuk sujud kepada sesamanya, sungguh sudah aku
perintahkan sang isteri sujud kepada suaminya.)
Karenanya sekali lagi saya
nasihatkan , wahai putriku…
Terima dan sambutlah suamimu ini
dengan sepenuh cinta dan ketaatan.
Layani ia dengan
kehangatanmu…
Manjakan ia dengan
kelincahan dan kecerdasanmu…
Bantulah ia dengan kesabaran
dan doamu…
Hiburlah ia dengan
nasihat-nasihatmu…
Bangkitkan ia dengan
keceriaan dan kelembutanmu…
Tutuplah kekurangannya
dengan mulianya akhlaqmu…
Manakala telah kamu lakukan itu
semua, tak ada gelar yang lebih tepat disandangkan padamu selain Al
Mar’atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan dunia. Sebagaimana Sabda
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة ( مسلم)
(Dunia tak lain adalah
perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.)
Inilah satu kebahagiaan hakiki
-bukan khayali- yang diidam-idamkan oleh setiap wanita beriman. Maka
bersyukurlah, sekali lagi bersyukurlah kamu untuk semua itu, karena tidak semua
wanita memperoleh kesempatan sedemikian berharga. Kesempatan menjadi seorang
isteri, menjadi seorang ibu. Terlebih lagi, adanya kesempatan, diundang masuk
ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. Yang demikian ini
mungkin bagimu selagi kamu melaksanakan sholat wajib lima waktu -cukup yang
lima waktu-, puasa -juga cukup yang wajib- di bulan Ramadhan, menjaga kemaluan
-termasuk menutup aurat- , dan ta’at kepada suami. Cukup, cukup itu.
Sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحفظت فرجها وأطاعت زوجها
قيل لها: ادخلي الجنة من أي أبواب الجنة شئت (أحمد عن عبدالرحمن بن عوف)
(Jika seorang isteri
telah sholat yang lima, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan ta’at
kepada suaminya. Dikatakan kapadanya: Silahkan masuk ke dalam Surga dari pintu
mana saja yang engkau mau.)
Anak-anakku…,
Melalui rangkaian ayat-ayat suci
Al Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi Yang Mulia, kami semua yang hadir di sini
mengantarkan kalian berdua memasuki gerbang kehidupan yang baru, bersiap-siap
meninggalkan ruang tunggu, dan mengakhiri masa penantian kalian yang lama. Kami
semua hanya dapat mengantar kalian hingga di dermaga. Untuk selanjutnya,
bahtera rumah-tangga kalian akan mengarungi samudra kehidupan, yang tentunya
tak sepi dari ombak, bahkan mungkin badai.
Karena itu, jangan tinggalkan
jalan ketaqwaan. Karena hanya dengan ketaqwaan saja ALLAH Subhaanahu wa
ta’alaa akan mudahkan segala urusan kalian, mengeluarkan kalian dari
kesulitan-kesulitan, bahkan mengaruniai kalian rizki.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
(Dan barang siapa yang
bertaqwa kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan berikan bagi nya jalan keluar dan
mengaruniai rizki dari sisi yang tak terduga.)
(Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH, niscaya
ALLAH akan mudahkan urusannya.)
Bersyukurlah kalian berdua akan
ni’mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah mengarunia kalian
separuh dari agama ini, ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah mengarunia
kalian kesempatan untuk menjalankan syari’at-NYA yang mulia, ALLAH Subhaanahu
wa ta’alaa juga telah mengaruniai kalian kesempatan untuk mencintai dan
dicintai dengan jalan yang suci dan terhormat.
Ketahuilah, bahwa pernikahan ini
menyebabkan kalian harus lebih berbagi. Orang tua kalian bertambah, saudara
kalian bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun bertambah, yang kesemua itu
tentu memperpanjang tali silaturahmi, memperlebar tempat berpijak, memperluas
pandangan, dan memperjauh daya pendengaran. Bukan saja semakin banyak yang
perlu kalian atur dan perhatikan, sebaliknya semakin banyak pula yang akan ikut
mengatur dan memperhatikan kalian. Maka, barang siapa yang tidak kokoh sebagai
pribadi dia akan semakin gamang menghadapi kehidupannya yang baru.
Ketahuilah, bahwa anak-anak yang
sholeh dan sholehah yang kalian idam-idamkan itu sulit lahir dan tumbuh kecuali
di dalam rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih sayang. Dan tentunya
tak akan tercipta rumah-tangga yang sakinah, kecuali dibangun oleh suami yang
sholeh dan isteri yang sholehah.
Akan tetapi, wahai anak-anakku,
jangan takut menatap masa depan dan memikul tanggung jawab ini semua. Jangan
bersedih dan berkecil hati jika kalian menganggap bekal yang kalian miliki
sekarang ini masih sangat kurang. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa
berfirman:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
(Artinya: “Dan janganlah
berkecil hati juga jangan bersedih. Padahal kalian adalah orang-orang yang
mulia seandainya sungguh-sungguh beriman.”) (Ali Imran: 139)
Ya, selama masih ada iman di
dalam dada segalanya akan menjadi mudah bagi kalian. Bukankah dengan pernikahan
ini kalian bisa saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan taqwa. Bukankah
dengan pernikahan ini kalian bisa saling menutupi kelemahan dan kekurangan
masing-masing. Bersungguh-sungguhlah untuk itu, untuk meraih segala kebaikan
yang ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sediakan melalui pernikahan ini.
Jangan lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada ALLAH. kemudian jangan
merasa tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali kehidupan rumah
tangga ini dengan perasaan lemah !
احرص على ما ينفعك. واستعن بالله ولا تعجز
(Bersungguh-sungguhlah kepada
yang bermanfa’at bagimu, mohonlah pertolongan kepada ALLAH, dan jangan merasa
lemah!) (HR: Ibnu Majah)
Terakhir, ingatlah bahwa nikah
merupakan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, sebagaimana
sabdanya:
النكاح من سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني
(Nikah itu merupakan bagian
dari Sunnahku. Maka barang siapa berpaling dari Sunnahku, ia bukanlah bagian
dari umatku.)
Maka janganlah justru melalui
pernikahan ini atau setelah aqad ini kalian justru meninggalkan Sunnah untuk
kemudian bergelimang di dalam berbagai bid’ah dan kema’shiyatan.
Kepada besanku…
Terimalah masing-masing mereka
sebagai tambahan anak bagi kita. Ma’lumilah kekurangan-kekurangannya, karena
mereka memang masih muda. Bimbinglah mereka, karena inilah saatnya mereka
memasuki kehidupan yang sesungguhnya.
Wajar, sebagaimana seorang anak
bayi yang sedang belajar berdiri dan berjalan, tentu pernah mengalami jatuh
untuk kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka bantulah mereka sampai
benar-benar kokoh untuk berdiri dan berjalan sendiri.
Bantu dan bimbing mereka, tetapi
jangan mengatur. Biarkan.., Karena sepenuhnya diri mereka dan keturunan yang
kelak lahir dari perkawinan mereka adalah tanggung-jawab mereka sendiri di
hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Hargailah harapan dan cita-cita
yang mereka bangun di atas ilmu yang telah sampai pada mereka.
Keterlibatan kita yang terlalu
jauh dan tidak pada tempatnya di dalam persoalan rumah tangga mereka bukannya
akan membantu. Bahkan sebaliknya, membuat mereka tak akan pernah kokoh.
Sementara mereka dituntut untuk menjadi sebenar-benar bapak dan sebenar-benar
ibu di hadapan…dan bagi anak-anak mereka sendiri.
Ketahuilah, bahwa bukan mereka
saja yang sedang memasuki kehidupannya yang baru, sebagai suami isteri. Kita
pun, para orang tua, sedang memasuki kehidupan kita yang baru, yakni kehidupan
calon seorang kakek atau nenek – insya الله. Maka hendaknya umur dan pengalaman
ini membuat kita,…para orangtua, menjadi lebih arif dan sabar, bukannya semakin
pandir dan dikuasai perasaan. Pengalaman hidup kita memang bisa jadi pelajaran,
tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi mereka.
Jika kelak -dari pernikahan ini-
lahir cucu-cucu bagi kita. Sayangilah mereka tanpa harus melecehkan dan
menjatuhkan wibawa orangtuanya. Berapa banyak cerita di mana kakek atau nenek
merebut superioritas ayah dan ibu. Sehingga anak-anak lebih ta’at kepada kakek
atau neneknya ketimbang kepada kedua orangtuanya. Sungguh, akankah kelak
cucu-cucu kita menjadi anak-anak yang ta’at kepada orangtuanya atau tidak,
sedikit banyak dipengaruhi oleh cara kita memanjakan mereka.
Kepada semua, baik yang pernah
mengalami peristiwa semacam ini, maupun yang sedang menanti-nanti gilirannya,
marilah kita do’akan mereka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-:
بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما في خير
فأعتبروا يا أولي الأبصار
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لاإله إلاأنت أستغفرك وأتوب إليك
sing pntg mbkk trus konen jere.. macath mmti ky koran
ReplyDelete